Web Site Hit Counters

sejak 6 April 2008

Saat menunggu kelahiranku di Tainan
Syukur alhamdulillah, hari Jum'at 24 Maret 2006 tepat pukul 13.35 WIB Yunus lahir dengan selamat melalui persalinan normal di Cheng Ho Jan Hospital, Tainan City, Taiwan. Tainan waktu itu mulai masuk musim panas dengan sedikit menyisakan hujan-hujan.
Perjuangan ibuku yang luar biasa dan kesetiaan bapak serta Mas Yusuf yang terus mendampingi dan memberikan doa. Demikian pula di Indonesia terus-menerus Eyang, Mbah Lanang dan Mbah Wedok serta seluruh keluarga Jogja terus senantiasa berdoa untuk kekuatan dan keselamatan ibu dan Dek Yunus. Sebenarnya ibu sudah merasa akan melahirkanku sehari sebelumnya. Akan tetapi ibu ingin tidak terlalu lama menunggu kelahiranku di rumah sakit. Akhirnya, di dini hari pagi Pkl. 01.00 ibu meminta Bapak bersiap-siap pergi ke Rumah Sakit Bersalin. Ibu meminta Bapak untuk menyiapkan segala sesuatunya. Terakhir, baru bangunin Mas Yusuf dari nyenyaknya tidur. Kasihan kata ibu krn Mas Yusuf pasti masih ngantuk, dan memang terpaksa harus diajak karena di apartemen yang kami tempati tidak ada siapa2....tidak ada saudara dan kami berprinsip tidak mau merepotkan tetangga maupun orang lain.
Akhirnya rcn semula akan menggunakan taksi. Namun ibu justru meminta naik motor saja. Karena memang letak Rumah Sakit nya tidak terlalu jauh.....hanya butuh 10 - 15 menit. Di tengah rintik hujan dipagi hari dengan masih terkantuk-kantuknya Mas Yusuf yang duduk di depan.....pelan2 Bapak mengantar ibu yang akan melahirkanku. Alhamdulillah tidak terlalu lama kami sudah sampai di Rumah Sakit tersebut. Di sana Bapak langsung mendaftarkan ibu di bagian pendaftaran pasien. Walaupun ibu tidak mempunyai ARC (allien resident card), bapak hanya menggunakan passpor ibu saja untuk segala urusan sejak ibu kontrol ke dokter ahli kandungan. Alhamdulillah, ibu langsung ditangani oleh suster dan dokter jaga. Waktu itu selama kurang lebih 2 jam ibu diobservasi semua kondisinya. Sedangkan Bapak dan Mas Yusuf sudah check-in di kamar rumah sakit yang akan digunakan ibu untuk beristirahat. Kata Bapak biaya untuk sewa kamar NT$ 500/malam. Tidak termasuk makan, cuci dan obat-obatan. Sedangkan biaya pendaftaran pasien NT$ 100. Maklum biaya itu harus ditanggung oleh kami sendiri, tanpa bantuan asuransi. Hal ini karena ibu dan Mas Yusuf pemegang visa visitor bukan resident. Kata Bapak, itu aturan imigrasi di Taiwan, kalau ingin bawa kelg dan kelg tsb., ingin mendapatkan visa resident maka harus menetap dulu kepala kelg nya di Taiwan selama 1 tahun. Namun karena kami ingin berkumpul dan Dek Yunus ingin di tungguin sama Bapak kalau melahirkan. Akhirnya, belum genap 3 bulan Bapak tinggal di Taiwan, ibuku, Mas Yusuf dijemput sama Bapak. Kami boyongan pindah ke Tainan, Taiwan.
Selama 2 jam ibu diobservasi, Mas Yusuf sudah gak sabar ingin ketemu ibu. Dengan di antar Bapak, Mas Yusuf nengok ibu di ruang observasi. Kata Mas Yusuf, ibu masih berbaring dengan disampingnya ada alat yang ditempelkan di perut ibu. Alat tersebut dihubungkan dengan sebuah printer yang bisa membaca data detak jantung bayi dan lain-lain. Mas Yusuf dan Bapak menghampiri ibu dan kening Ibu dicium Bapak sebagai wujud rasa sayang. Mas Yusuf juga tidak ketinggalan cium tangan ibu, sambil tidak lupa mengelus-elus perut ibu yang bentar lagi Dek Yunus akan lahir.
Dua jam sudah ibu diobservasi. Dokter jaga pun menemui Ibu dan Bapak untuk menjelaskan kondisi sebenarnya Ibu sekaligus menanyakan bbrp data kesehatan yang tidak bisa ditanyakan oleh suster karena kami blm bisa berkomunikasi dlm bhs. China. Sedangkan suster tsb., tidak bisa bhs. Inggris. Akhirnya dokter jaga tsb., yang langsung turun tangan. Menurut dokter saatnya skr ibu beristirahat dulu. Besok pagi hari, ibu diminta untuk cek lagi karena maksimal 6 jam sejak masuk rumah sakit, bayi sudah akan segera lahir. Selain tentunya besok harinya, dokter kandungan yang telah memeriksa setiap ibu kontrol yang akan menangani langsung.
Dengan berjalan perlahan-lahan karena menahan beratnya Dek Yunus dalam perut dan juga sudah merasa sakit, Ibu dengan dipapah oleh Bapak dgn Mas Yusuf di samping Ibu, kami berjalan ke kamar yang telah dipesan. Di kamar ini hanya satu orang saja yang tinggal. Isinya lengkap, ada AC, TV, kulkas, lemari dan kamar mandi dalam. Juga tersedia satu paket sandal dalam, handuk, sabun, sikat gigi, pasta gigi dan baskom kecil. Selain itu tersedia kursi dan tempat tidur tambahan buat yang akan menemani tidur.
Selama waktu itu, teman-teman Bapak bnyk yang kirim sms untuk menanyakan kondisi saat ini. Mulai teman-teman di bagian utara Taiwan, Taipei, teman di bagian selatan, Tainan. Juga terus-terusan memantau Eyang, Tante dan Mbah Lanang-Mbah Wedok di Jogjakarta. Menurut Bapak katanya ini kali pertama mhsw Indonesia yang bawa kelg ke Taiwan dan kemudian istrinya melahirkan. Semua memberikan doanya ! Setelah sholat shubuh dengan imam sholat Bapak di kamar dan Mas Yusuf Makmum di samping Bapak serta Ibu sambil tiduran. Ibu meminta untuk jalan-jalan di lorong/koridor Rumah Sakit. Katanya untuk melancarkan saat mau melahirkan. Cukup lumayan juga ibu jalan-jalan. Sampai suster menjemput ibu untuk segera masuk ke ruang observasi lagi.
Singkat cerita, setelah dokter yang menangani Ibu menyampaikan sama Bapak bahwa ibu akan dikasih obat penguat untuk kontraksi. Kata dokter, kurang lebih 6 jam bayi akan lahir. Berbeda dengan di Indonesia, yang harus menunggu sampai bukaan 10. Di Taiwan ini hanya bukaan 5 bayi pun akan dilahirkan secara normal. Kebanyakan di Taiwan ibu2 melahirkan dengan cara caesar. Katanya tidak mau merasakan sakit yang sangat. Sedangkan kali ini ibu akan melahirkan Dek Yunus dengan memilih lahir caesar saja. Menurut ibu ini wujud kepuasan seorang ibu atas rasa sayangnya sama Dek Yunus. Waktu itu banyak sekali suster yang akan menungguin ibu melahirkan. Mungkin karena kasus melahirkan normal itu jarang dan itu bisa jadi sebuah pelajaran yang berharga bagis tenaga medis. Memang hal itu terbukti, setelah Bapak dan Mas Yusuf menemani Ibu sampai bukaan 5. Akhirnya kami diminta ke luar untuk menunggu saat2 yang mendebarkan. Alhamdulillah tidak berapa lama, suara tangisan bayi yang keras telah kami dengar. Bapak terlihat sujud syukur. Berbeda dengan kamar sebelah yang sama2 melahirkan juga. Namun dengan cara caesar.....tidak terdengar teriakan bayi yang keras.
Setelah cukup waktu untuk membersihkan ibu dan adik bayi. Bapak ditemui suster sambil menggendong bayi Dek Yunus. Waktu itu Bapak meminta untuk menggendongnya untuk di adzankan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri Dek Yunus. Setelah itu barulah Bapak dan Mas Yusuf masuk ke ruangan di mana Ibu sdh hampir selesai membersikan. Akhirnya setelah semua selesai, Ibu dipindahkan ke kamar kami. Di sana Ibu bisa beristirahat. Sedangkan Dek Yunus bayi di ditempatkan di ruang khusu bayi yang benar-benar steril.
Waktu itu bertubi-tubi, Bapak menerima telepon dari teman Bapak di Taiwan. Juga Bapak tidak lupa menelpon langsung ke Jogjakarta untuk mengabari berita bahagia ini. Setelah semua beres, Bapak menemui perawat dan meminta ari-ari nya Dek Yunus untuk diambil. Para suster heran dengan kejadian ini. Hal ini karena biasanya ari-ari langsung dibuang begitu saja. Akhirnya mrk memahami bahwa Bapak hanya menjalankan tradisi saja. Ari-ari telah Bapak terima dan langsung Bapak cuci sendiri. Setelah semua beres. Bapak pulang ke apartemen dengan membawa ari-ari Dek Yunus untuk dikubur di depan apartemen. Kebetulan ada tanah di depan apartemen dan telah dipersiapkan sbuah lubang yang telah dibuat bersama-sama Mas Yusuf. Menurut Mbah Lanang-Mbah Wedok ini hanya merupakan tradisi saja dan sebagai pengingat bahwa Dek Yunus lahir di Tainan, Taiwan.
Singkat cerita, selama 3 hari ibu di rumah sakit dan akhirnya diijinkan untuk pulang. Sebuah hari yang sangat dinantikan karena akan merawat langsung Dek Yunus. Alhamdulillah, akhirnya sampai jugalah di rumah. Keesokkan harinya banyak teman-teman Bapak yang berkunjung ke rumah. Sekedar untuk ikut berbahagia. Terima kasih ya !